Bolsel

PCNU Bolsel Bentuk MWC di 7 Kecamatan

Bolsel, DialektikNews – Dalam rangka meneguhkan ajaran Ahlussunnah Wal’jamaah (Aswaja) di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) menggelar Rapat Kerja (Rakor) sekaligus pembentukan Majelis Wakil Cabang (MWC), Bertempat di Cafe Arta Nato, Sabtu (4/12) kemarin.

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi umat islam terbesar, menjadi acuan hidup beragama bagi masyarakat Bolsel. Peran Nahdlatul Ulama dalam menumbuhkan kesadaran senantiasa memaknai dan menfungsikan hidup sebagai amanah Allah SWT.

Pelaksanaan rakor adalah wujud aktualiasi gerakan meneguhkan jadi diri PBNU di tengah-tengah kehidupan masyarakat Bolsel.

“Sebagai pengurus PCNU Bolsel, terdapat  beberapa perubahan yang menjadi tantangan dan perlu kita waspadai terutama ideologi dan aliran keagamaan yang dapat membawa disintegrasi sesama anak bangsa,” katanya.

Baca juga : Ketua PCNU Bolsel Sekretariat Jadi Sektrum Gerakan Hidupkan Tradisi Ke-NU-an

Setelah reformasi ada aliran ideologi keagamaan bahkan gerakan-gerakan secara bebas yang melakukan bertentangan dengan nilai agama yang diyakini Jam’iyah  NU. Inilah kemudian NU hadir dengan semangat kebangsaan.

“Sebagai Negara kesatuan dengan mayoritas penduduk beragama islam, tentu gangguan itu menyentuh masyarakat Indonesia yang sebagian adalah Jam’iyah NU,” kata Kamaru.

Kedua mulai tergerusnya tradisi dan kebudayaan kita dari masjid ke masjid dan dari Jam’iyah nya.  Kita mengetahui  bahwa, sejarah perkembangan Islam tidak bisa lepas dari pengaruh budaya.

Tradisi dan  kearifan lokal bangsa Indonesia berperan besar dalam penyebaran Islam, penyebaran melalui jalan kebudayaan itu yang membuat Islam sebagai agama yang mudah diterima oleh masyarakat,

Seiring berjalannya waktu, peran peran Budaya tidak lantas hilang setelah era penyebaran Islam Almarhum KH Agus Sunyoto mantan ketua PB Lesbumi PBNU, dalam penelitiannya menyampaikan bahwa, keberhasilan Agama Islam bertahan di Nusantara justru terjadi karena adanya Akulturasi Budaya dan Agama.

“Ritual keagamaan masih dipraktikkan tanpa menyingkirkan faktor tradisi, seperti misalnya peringatan Maulidan dan Tahlilan, Tradisi ini yang justru menjadi pengikat dan penguat jamiyah NU.

Ditambahkanya, dengan rampungnya seluruh pengurus NU ini, marilah kita jaga dan rawat persatuan dan kesatuan bangsa, kita tetap jadikan Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia. ***

Related Articles

Back to top button